Jumat, 30 November 2012

LANGGAM KENANGAN : SELEKSI PESERTA JAMBORE NASIONAL DI JATINANGOR




Sabtu, 8 April 2006 Jam 09.00


Pening…

Letih, lelah, ngantuk berat dialami T/D DHANAPALA. Semalaman kami mengolah nilai seleksi JAMNAS buat adik-adik Penggalang, bikin konsep SKB Pembina Gudep, bikin anggaran, bikin presentasi, deelel… Berat banget mata ini buat dibuka.

“Come on guys… ini hari yang mereka tunggu-tunggu. Cepetan sebelum mereka datang!”

Gila bener deh Kak Fuad. Ga ada matinye, padahal dia yang tidur paling belakangan hampir subuh tadi pagi. Tapi semangatnya itu loh... oke deh kak!

”Kak, jam berapa pengumumannya ? Kita dah ga sabar nih. Saya sampe nggak bisa tidur semalam”. Lukman, Penggalang Rakit yang paling mungil dan item (ups!), tiba-tiba datang ke Sanggar yang masih acak-acakan.

”Ntar ya, abis bagi raport, saya mesti ketemu Pak Gusti dan Bu Ella dulu nih. Nanti kamu langsung ganti seragam baru ya?. Jangan lupa fotocopy raport kamu buat laporan saya”, kataku yang maksain buka mata di pagi itu. 

”Siap Kak!. Saya masuk kelas dulu ya? Assalamu’alaikum...".Pamitnya.

”Wa’alaikum Salam...”. Jawabku sambil tersenyum.

Antusias Penggalang buat ikut JAMNAS memang bikin kami tambah semangat. Selama dua minggu lebih mereka ikut seleksi di Gudep. Tapi nggak ada capenya mereka jalanin itu semua. Pagi ini Pak Gusti dan Bu Ella belum kelihatan. Kami mau melaporkan persiapan JAMNAS ini ke beliau berdua. Untuk lebih shohih lagi, konsep SKB Pembina Gudep pun sudah dikonsepkan. Nama-nama peserta JAMNAS dari Gudep DHANAPALA sudah ada di tangan kami. Tanpa restu Pembina Gudep, tentunya masih terasa hambar.

8 April 2006 Jam 11.30
 

Tanda tangan Bu Ella sudah berhasil kami dapatkan. Beliau setuju dengan komposisi Penggalang yang akan berangkat JAMNAS. Semua Penggalang Rakit dan Terap sudah ganti seragam baru. Ternyata, mereka tambah gagah dengan seragam itu. Jadi inget waktu tahun 2000 dulu, kami sampe cari sumbangan kesana kemari supaya punya seragam bagus. Alhamdulillah, kerja keras itu membawa hasil, walaupun cuma bisa beli topi tikar 10 buah. Sekarang, mereka punya itu semua, dari atas sampai bawah. 

8 April 2006 Jam 12.00
 
”Adik-adik sekalian, tiba hari yang telah kalian semua tunggu-tunggu. Ada baiknya kalau kita mulai hari ini dengan Solat Zhuhur berjamaah terlebih dahulu”. Siang itu, berbagai ekspresi terpancar dari wajah mereka. Menanti pengumuman JAMNAS dengan harap cemas, ditambah hasil raport bayangan mereka yang juga bermacam-macam warnanya. 

Kak Fuad menjadi imam kami untuk sholat Zhuhur. Banyak doa yang kupanjatkan buat Gudep ini. Semoga kondisi seperti ini akan tetap terus ada. Lelah rasanya kalau harus terus jatuh bangun seperti selama ini. Amiin...

8 April 2006 Jam 13.00
 
Pak Gusti berhasil kami temukan. Kak Fuad dan Kak Hafiez pun lapor ke beliau tentang persiapan acara JAMNAS ini. Beliau pun setuju dengan komposisi Penggalang DHANAPALA peserta JAMNAS 2006. SKB Pembina Gudep lengkap ditandatangani!.

Acapun dimulai dengan pembukaan oleh Pak Gusti. Banyak yang beliau pesankan ke adik-adik yang akan berangkat maupun yang harus tinggal di Gudep. Beliau juga menyatakan kebanggaannya kepadaGugus Depan yang sudah berkembang dengan pesatnya di tahun 2006 ini dan ucapan selamat kepada T/D DHANAPALA. Terima kasih banyak, Pak.

8 April 2006 Jam 13.30
 

Acara dimulai dengan presentasi dari Kak Dede Sulaiman tentang kegiatan JAMNAS 2006. Decak kagum dan antusiasme Penggalang kembali terpancar dari wajah mereka. Nggak tega rasanya mengumumkan nama-nama ini. Acara kemudian dilanjutkan dengan sharing Penggalang bersama Kak Desi dan Kak Delvi.
Sharing session bersama Kak Desi
8 April 2006 Jam 14.00
 

Detik-detik pengumuman peserta JAMNAS utusan Gudep DHANAPALA...
 
”Adik-adik yang Kakak cintai, telah lama kalian tunggu saat ini. Kakak pesankan, siapapun yang akan berangkat mewakili Gugus Depan ini, dukunglah dan doakanlah. Kalian semua adalah terbaik di mata kami, tetapi semua keterbatasan telah memaksa kami harus memilih diantara kalian.” Kak Fuad membuka pengumuman hasil seleksi untuk peserta JAMNAS dengan pesan singkat. 

Kami semua berdiri satu saf menghadap para Penggalang. Dramatis memang, tapi itulah awal dari jalan cerita di siang itu. 

 
Tiba-tiba ...
“Penegak – Pandega, Hormat...grak !”



Aba-aba yang dipimpin Kak Fuad itu langsung tambah membuat hati ini nggak karuan. Gemetaran tangan ini dibuatnya. Bukan karena seumur-umur kami baru kali ini disuruh hormat sama Penggalang, tetapi... susah deh ngebanyanginnya. Kebayang gimana mata Penggalang melihat peristiwa ini ?.

“Adik-adik, ada baiknya sebelum kalian
mendengar pengumuman hasil seleksi JAMNAS ini, kalian berdoa kepada Tuhan agar kalian dikuatkan hati masing-masing. Siap berangkat dan siap ditinggalkan. Berdoa dimulai !”.

 

Kemudian ...
Ting...ting...ting...ting...
(Lagu Hymne JAMNAS 2006 diperdengarkan)
 
Jambore Nasional
Tempat Kita Bertemu
Menggalang Persatuan Bangsa
Untuk Mandiri
Di Bumi Persada
Di Alam Bebas Luas
Di Lembah Manglayang Indah
Di Bumi Indonesia
Tri Satyaku Ku Dharmakan
Dharmaku Ku Baktikan
Ku Mohonkan Pada Tuhan
Jayalah Indonesia

(Karya Kak Tika Iskandar, Andalan Daerah Jawa Barat)

Sore itu merinding banget rasanya. Padahal cuaca sangat panas dari tadi siang. Gerah tapi dingin...
 
”Bismillahirrohmanirrohiim...”
 
”Hasil Seleksi Calon Peserta Jambore Nasional Tahun 2006 Utusan Gugus Depan Jakarta Pusat 08-149 dan Jakarta Pusat 08-150 Palapa Gajah Mada dan Pramodhawardhana – DHANAPALA....”.Suasana semakin tegang ketika Kak Fuad diam sejenak saat membacakan pengumuman itu.

”Putra, dengan total nilai 360,83... adik kami... Yudha Adyaksa”

 
Yudha Adyaksa
”Alhamdulillah...!!!. ” Wajah gembira terpancar jelas di wajah Yudha. Nggak pernah kebayang kalau dia yang punya nilai tertinggi dibanding teman-temannya.

”Yang kedua, dengan total nilai 332,50...adik kami... Lukman Tanjung”

Lukman Tanjung

”Bruk...” Sujud sukur pun menjadi pemandangan sore hari itu. Lukman kecil ternyata menyandang DHANAPALA ke Jatinagor.

”Putri...”. Sejumlah wajah putra tertunduk lesu mendengarnya. Kandas sudah harapan buat mereka maju ke JAMNAS. Satu dari mereka mulai merah matanya. 


”Dengan total nilai 341,67... adik kami... Agustin Dwi Lestari”. Kali ini sudah mulai ada yang nangis. Dimulai dari putri dan menular ke beberapa putra. Suasana semakin haru.

Agustin Dwi Lestari

”Yang kedua, dengan total nilai 323,33...adik kami... Nabila Istiqomatu Aini”
Nabila Istiqomatu Aini
Ucapan selamat kepada Nabila pun muncul dari putri-putri yang lain. Kali ini mereka yakin kalau Nabila-lah yang terakhir disebut oleh Kak Fuad. 

”Adik-adik sekalian, inilah kawan-kawan kalian yang akan membawa kejayaan Gudep DHANAPALA pada JAMNAS 2006.” Kak Fuad mulai mengakhiri acara pengumuman itu.

Diiringi lagu Hymne Satya Dharma Pramuka melalui MP3, tiba-tiba aba-aba itu ada lagi :
 

”Penggalang, hormat...grak!” Seluruh Penggalang yang hadir di ruangan itu kemudian saling hormat. Inilah saat-saat tak terlupakan bagi mereka. Semuanya menangis, entah apa yang membuat mereka jadi melankolis. Merinding lihat pemandangan di lab SMPN 76 sore itu.

”Seperti pesan Kakak sebelumnya, ikhlaskan dan dukunglah siapapun yang berangkat ke Jatinangor. Mereka membawa kejayaan DHANAPALA. Sama seperti kalian yang mempertahankannya di sini.” Pesan Kak Fuad.
 

Beberapa Penggalang mulai terlihat shock.
 
”Buat Febri, jadikan ini sebagai kesempatan kamu buat konsentrasi belajar menghadapi UAN. Beri kesempatan kepada teman-teman kamu ini untuk bisa berkarya. Kamu ikhlas?”, tanya Kak Fuad.
 

”Saya ikhlas, Kak”, jawab Febri tertunduk lesu.


”Sebagai tanda keinginan kami agar kamu konsen belajar, ada kenang-kenangan dari Penegak dan Pandega DHANAPALA buat kamu. Majulah ke depan. Kak Desi, silakan!”.

Kak Desi terlihat membawa sebuah bungkusan untuk diserahkan. Bungkusan itupun diterima Febri. Isinya : buku kumpulan soal-soal UAN dan persiapan UAN tahun 2006.
Febri yang dikenal paling melankolis diantara semuanya, Cuma tersenyum haru dan bilang ”Terima kasih, Kak...”

”Coba kamu buka dalamnya, dan bacakan!”, kata Kak Desi.

”To Eby, Selamat Belajar Menghadapi UAN 2006, and... Let’s Go to JAMNAS 2006!”.
Saat membaca tulisan di dalam buku itulah aslinya Febri keluar lagi. Sambil nangis, dipeluknya Kak Fuad yang saat itu ada di sampingnya.



“Terima kasih Kak… terima kasih…Saya nggak akan kecewain Kakak…”.Janji Febri sambil terisak.

”Ya sudah, jangan nangis lagi. Jangan lupa belajar yang giat ya?”.Kak fuad pun menenangkan Febri.
 

Penggalang yang lain tambah terharu dibuatnya. Satu demi satu Penggalang Rakit kami mulai drop. Seakan mereka nggak percaya semua yang sudah mereka dengar. Impian selama jadi Penggalang untuk ikut ke Jamnas ternyata kandas.

Salah satu dari Penggalang Rakit itu adalah Kristianus, Pratama Putra asal Ende, NTT. Dialah yang membuat T/D DHANAPALA berdebat sengit tentang pantas tidaknya dia berangkat ke JAMNAS. Tindakannya yang suka indisipliner, acuh kalau latihan, suka ngebantah, dll bikin kami berat untuk melepas dia. Tapi, diantara Penggalang yang lain, bahkan Penggalang se-Johar Baru, Kristianus punya aura yang beda.

Bagi kami, itulah hidup. Manis atau pahit, siap nggak siap, haruslah mereka rasakan, karena di masa depan mereka, pil-pil yang lebih pahit daripada kegagalan mereka berangkat ke JAMNAS pastilah akan mereka alami.

”Adik-adik sekalian, dengan demikian lengkaplah sudah Utusan Gugus Depan DHANAPALA yang akan berangkat menikuti JAMNAS tahun 2006 ini. Sebagai penutup, Kakak akan bacakan Surat Keputusan Bersama Pembina Gugus Depan”.
 


Gubrakkk...
Tiba-tiba Kristianus jatuh lemas di tempat duduknya. Setelah mendengar namanya disebut dalam SKB Pembina Gudep itu. Dengan mata merahnya, ku papah dia ke depan untuk berbaris bersama 5 teman-temannya yang lain.

”Selamat ya Kris?”, kata Kak Fuad saat kubawa dia ke depan.
 

”Makasih, Kak...”.Ucap Kristianus.
 

Tak ada kata-kata yang bisa kulukiskan tentang Kristianus. Kelihatan di wajahnya kalau anak itu mau nangis. Entah dia tahan atau memang nggak bisa nangis, nggak jelas lah. Kulitnya yang hitam menyembunyikan merah wajahnya.Banyak hal yang terjadi setelah itu. Tapi salah satu yang penting adalah pesan dan kesan para utusan DHANAPALA dan para Penggalang Rakit yang tinggal di Gudep.

Febri : ”Buat Kakak-kakak, terima kasih sudah ngasih kesempatan kepada saya. Saya janji akan tetap belajar dengan giat supaya bisa lulus UAN dengan baik dan menjadi Penegak”


Kristianus : ”Makasih buat kakak-kakak yang sudah susah-susah ngurusin kita. Saya janji di JAMNAS nanti saya akan jadi Pinru”.


Yudha : ” Teman-teman yang lain, jangan sedih ya? Ntar pulang kita bawain oleh-oleh deh”


Lukman : ”Temen-temen yang nggak berangkat, jangan terus nggak latihan ya?. Inget janji kita waktu LT-III dulu kalau kita bakalan jadi Penegak bareng-bareng”.











Di akhir acara, ucapan selamat datang dari seluruh Penggalang (Ramu dan Rakit) yang tinggal di Gudep, dan T/D serta cooling down buat mereka yang tinggal. Nggak tega rasanya melihat kekecewaan dari wajah mereka yang ditinggal. Tak lupa kami juga ucapkan selamat dan sabar buat mereka yang nggak berangkat ke
Jatinangor.

Itulah sekelumit kenangan kami tentang JAMNAS ini. Mungkin tahun 2006 ini adalah tahun dimulainya kebangkitan kembali Gugus Depan kami setelah jatuh bangun sepeninggal Kak Mazhar dulu.

Makasih buat kakak-kakak Pembina, Makasih buat Kak Fuad yang udah nyariin sponsor dan buat kesabarannya, Makasih buat semua T/D yang udah berbuat dengan pasti untuk Gudep ini, dan yang pasti makasih buat semua Penggalang, karena kalian semua kami masih bertahan. Mungkin kalau Gudep ini nggak punya kalian, kami udah nggak disini sampai sekarang.

Febri, Kris, Septian, Lukman, Yudha, Bobby, Ade, Bayu, Tari, Nabila, Intan, Rita, Bella, Annisa, dan seluruh Penggalang, di tangan kalianlah nanti kami titipkan kejayaan Gugus Depan ini...

Kami pasukan DHANAPALA
S’lalu siap sedia
Mempertahankan amanat tercinta
Demi 76 berjaya

Kami datang Kami juang
Kami juang Kami menang
Demi DHANAPALA

Kami datang Kami juang
Kami juang Kami menang
Demi DHANAPALA
 

SMPN 76, 8 April 2006
T/D DHANAPALA


Catatan akhir :
Saat awal latihan JAMNAS tanggal 9 April 2006 di YPI Said Naum, Tanah Abang, seorang Putri
DHANAPALA (Rita Yulianti) kembali mendapat tiket ke JAMNAS, sehingga total peserta JAMNAS dari Gudep DHANAPALA menjadi 7 orang. Pada akhirnya, rombongan Gudep DHANAPALA menjadi
rombongan dengan peserta JAMNAS terbanyak di Jakarta Pusat. Alhamdulillah...

LANGGAM KENANGAN


Salam Pramuka!

Blog Gugus Depan DHANAPALA kali ini akan mengulang kembali cerita kenangan-kenangan manis seputar aktivitasnya, terutama yang telah dilewatinya dengan menakjubkan sejak tahun 2006 - 2012.

Terlalu indah untuk dilupakan...
Begitu yang selalu kami kenang tentang Gugus Depan yang kami cintai ini.

Nantikan kisahnya...

Salam Pramuka!

TIM HUMAS GUGUS DEPAN DHANAPALA

Kamis, 29 November 2012

BERSIAP BUAT FILM PRAMUKA TERBARU : HASDUK BERPOLA


Sebuah karya layar lebar terbaru dari sutradara film Surat Kecil untuk Tuhan (2011) Harris Nizam, kini mulai memperkenalkan teaser poster pertamanya yang bertajuk Hasduk Berpola.

Film yang diketahui akan mengangkat tema nasionalisme ini, di teaser poster pertamanya tersebut seakan berusaha menjelaskan arti dari Hasduk Berpola. Poster film yang diproduksi Aletta Pictures itu menggambarkan bagian belakang dari seorang anak kecil yang memakai seragam pramuka, lengkap dengan Hasduk atau Kacu berpola Barbie.

Selain itu, untuk mempertegas kisah yang nantinya akan diusung oleh Harris, dalam teaser poster pertamanya itu, film Hasduk Berpola juga menambahkan tag line yang bertuliskan "Tentang seorang anak yang mengibarkan sebuah janji kebangsaan."

Film yang diadaptasi dari sebuah komik ini, diyakini Harris akan mampu memberikan inspirasi dan membangkitkan rasa nasionalisme tentang cara seseorang melihat sesuatu yang besar dengan sudut pandang yang kecil. Meskipun tergolong unik dengan menggunakan kacu berpola Barbie di layar lebar bertemakan nasionalisme, bagi sutradara yang masih berusia 29 tahun ini hal tersebut justru akan dijelaskan di filmnya nanti.

"Ada esensinya disitu dan bakal terlihat kalau sudah nonton filmnya. Saat kita sedang melihat bendera Merah Putih atau apapun, jangan lihat dari fisiknya, tapi esensi yang terkandung didalamnya dimana disana terkandung pengorbanan yang sangat besar," pungkas Harris Nizam.

Film Hasduk Berpola akan memulai proses syutingnya pada tanggal 10 Mei di Bojonegoro dan Surabaya, serta dijadwalkan rilis dibioskop jelang Hari Pahlawan Nasional 8 November 2012.

Para Pemain Film HASDUK BERPOLA

Pasti asik ya kalau punya kakak-kakak Penegak yang keren seperti ini ?
Seperti apa sih filmnya?
Yuk kita lihat trailernya di Youtube ini :





sumber :

Sumber foto :

Selasa, 27 November 2012

SELAMAT DATANG : AISYAH ALTHAF ACHMAD


SEGENAP KELUARGA BESAR GUGUS DEPAN DHANAPALA 

Mengucapkan :

Selamat Atas Kelahiran
"AISYAH ALTHAF ACHMAD"

Ini dia adik kita, Aisyah Althaf Achmad. Lucu banget ya ?? Senyum pas mau difoto..

Putri Pertama dari :
Kak Hafiez Achmad (Kak Hafiez)
[Pembina Putra Gudep Dhanapala]
dan
Kak Tata Meliza (Kak Melly)



Kak Hafiez dan Kak Melly di hari Walimatul'ursy nya


Kak Hafiez dan Kak Melly yang sama-sama punya hobby fotografi


Kak Melly bersama dengan Kak Desi dan Kak Delviana saat BoB 2011

Kak Melly bersama Mrs. Marissa Adarlo (Scout of Philippines), Kak Fuad, dan Kak Mazhar 
saat menjadi Juri "The Best Patrol Leader" di BoB 2011



Yang Telah Lahir Pada :
Hari Minggu Tanggal 24 November 2012
di RSUD Bhudi Asih pada Pukul 23.55 WIB

Kami Semua Mendoakan Semoga 
Aisyah Althaf Achmad 
Menjadi Anak Yang Sholehah, Sehat, Cerdas, Kebanggaan Keluarga dan Masyarakatnya serta Berguna Bagi Agama, Bangsa, dan Negaranya. 

Aamiin yaa Robbal 'alamiin....


PRAMUKA MENJADI EKSTRAKURIKULER WAJIB


911062_Murid SLB A-Lebakbulus sedang menggambar saat kunjungan Raja Swedia (SaikoHumas Kwarnas).JPG
Murid SLB A-Lebakbulus sedang menggambar saat kunjungan Raja Swedia (Saiko/Humas Kwarnas)



Nilai Kepramukaan Masuk ke Pendidikan Formal

Jakarta, Kompas-Pramuka bakal menjadi ekstrakurikuler wajib siswa, terutama SD dan SMP, mulai tahun 2013. Pramuka dapat mendukung pembelajaraan yang menyeimbangkan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan karakter siswa.

Ditegaskan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, Pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib, bukan mata pelajaraan. Pramuka diyakini dapat membentuk karakter siswa karena kegiatannya punya nilai kepemimpinan, kebersamaan, sosial, dan kemandirian.

“Selain itu, ada dasar legalitasnya dengan UU Pramuka. Nanti, pengembangannya di sekolah kerjasama Kemdikbud, Kemepora, dan Kwarnas Gerakan Pramuka,” kata Nuh di Jakarta, Senin (20/11).

Nantinya akan ada perubahan pada pendidikan pramuka di sekolah. Untuk itu, revitalisasi dari sisi organisasi di setiap sekolah akan lebih dimatangkan.

“Kami tak mau pramuka sebagai formalitas, semisal memakai baju pramuka saja. Subtansi pendidikan pramuka harus yang diutamakan lewat aktivitas-aktivitas, bukan teori, “ujarnya.

Para guru pengajar ekstrakurikuler pramuka juga akan dibina. Mereka juga mendapat kredit nilai jam mengajar. Adapun pendanaan kepramukaan salah satunya dapat memanfaatkan dana bantuan operasional sekolah (BOS). “Dana fungsi pendidikan di Kementrian Pemuda dan Olahraga juga dapat dimanfaatkan,”ujar Nuh.
Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Azrul Azwar mengatakan, minat peserta didik untuk ikut pramuka saat ini menurun. Ia memahami rencana pemerintah menjadikan pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib meskipun tak lazim. “Kami bersedia memberi bantuan sepenuhnya,”tuturnya.

Pembinaan Gugus Depan
Demi hasil optimal, Azrul menegaskan perlunya pembinaan gugus depan (gudep) di sekolah secara berkelanjutan. Saat ini ada 320.000 gudep di sekolah dan komunitas. Adapun jumlah anggota pramuka 20 juta orang.
Pendidikan pramuka adalah pendidikan nilai-nilai yang disampaikan dengan metode kepramukaan (permainan di alam terbuka yang menantang dan menyenangkan) yang dilakukan gudep yang dapat didirikan di sekolah atau komunitas.
Jika pendidikan kepramukaan ingin dimasukan dalam kurikulum wajib, lanjut Azrul, yang dapat dilakukan hanya memasukan nilai-nilai kepramukaan dan menerapkan metode kepramukaan secara terpadu dengan sistem pendidikan formal yang ada. (ELN)

sumber berita: 
Koran Kompas, 21 November 2012/hal.12
http://pramuka.or.id/news/news.php?intID=324&intGroup=1

KEPRAMUKAAN JADI KURIKULUM WAJIB SD-SMA


(news) : Materi kepramukaan akan menjadi kurikulum wajib di sekolah dasar hingga SMA. Menurut Wakil menteri Pendidikan dan Kebudayaan Windu Nurhayati di arena Perkempinas Minggu lalu di Muaro Jambi, kegiatan ekstrakulikuler pramuka sangat penting untuk melatih kepemimpinan, kebersamaan, sosial dan kemandirian.

Dasar penididdikan kepramukaan masuk kurikulum wajib adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka dan ini juga merupakan bagian dari upaya revitalisasi gerakan Pramuka. Saat ini materi kepramukaan sedang digodok tim Mendiknas dan segera diuji public. Diharapkan pada Juni 2013 kurikulum ini sudah dapat diterapkan.




sumber :
http://www.pramukatv.com/component/jomtube/video/251-kepramukaan-jadi-kurikulum-wajib-sd-sma.html


Jumat, 23 November 2012

HASDUK BERPOLA : SEBUAH PELAJARAN HIDUP DARI MEREKA YANG BELAJAR BERTAHAN HIDUP


SEBUAH PELAJARAN HIDUP DARI MEREKA YANG BELAJAR BERTAHAN HIDUP
oleh : Kak Fuad Zaen



Bersama sisa-sisa anggota Pramuka Penegak yang tidak pulang kampung maupun berangkat ibadah umroh, siang itu kendaraan kami berhenti di depan Polsek Kemayoran Jakarta Pusat. Agak bingung memang, karena di bagian manakah anak-anak itu berada? Di dalam kemegahan sebuah apartemen mewah di kawasan Kemayoran itu? Ataukah di antara rumah mungil di dalam gang sempit di belakangnya? Ah....rasanya tak percaya ada manusia yang bisa hidup disana. Tapi itulah realita yang terjadi di antara kehidupan ibukota.


Fabian, Putri, Ratih, Irfan, dan Salma
 
Tak lama kemudian datanglah seorang Penegak Bantara, Irfan namanya. Ransel kecil dekil yang menempel di badannya yang ceking itu selalu bersamanya kemanapun dia pergi. Mungkin dia dapat menjadi saksi bagaimana anak ini melewati kehidupan yang juga membuatnya menjadi legam.

Setelah menjabat tangan kami semua, Irfan pun membawa kami dengan berjalan kaki. Entah kemana langkah ini dibawanya pergi. Satu hal yang pasti kuyakini, ini adalah petualangan baru yang dapat mengajar kami tentang menumbuh kembangkan rasa empati tanpa adanya seremoni.

Fabian, Putri, Ratih, dan Salma... para Pramuka Penegak SMAN 68 yang ikut bersamaku ini mulai terlihat tegang saat kami harus melewati gang sempit itu. “Teman-teman jangan kaget ya...”, canda Irfan mengawali perjalanan kami di siang yang terik itu. “Maksudnya kak?”, tanya salah seorang di antara mereka. Irfan hanya membalas dengan senyuman penuh teka-teki. Yes, we’re going to to The Bazaar with The Street Children Scout. [Baca : BAZAR MURAH PRAMUKA ANAK JALANAN IBUKOTA (ANJALI) : http://www.facebook.com/notes/scouter-fuad/bazar-murah-pramuka-anak-jalanan-ibukota-anjali/10151137908296014]

Sekitar 10 menit kemudian kami tiba di lokasi itu. Subhanallah.... Ada 50an orang masyarakat sekitar sudah siap dengan niat “belanja baju lebaran” di bazarnya Pramuka ANJALI. Anak-anak penjual di bazar itu pun memakai seragam Pramuka seadanya.



Sejenak dalam beberapa detik, mereka terdiam dan mematung melihat pemandangan di depannya. 
“Ayo Pak, Bu... barang baru dateng nih...” teriak salah seorang dari mereka yang memakai seragam Pramuka dan rompi bertuliskan “TICKET TO LIFE”. Serentak hampir semua mata memandangi kami yang membawa bungkusan pakaian bekas, sepatu bekas, dan boneka itu. Ada senyuman bahagia di wajah mereka... Subhanallah... Beberapa detik para Pramuka Penegak itu pun terdiam mematung memandangi stand mungil berukuran 2,5 x 2 meter itu seraya melihat puluhan orang yang sudah tidak sabar menanti barang apa yang kami bawa.

 
Sesuai dengan materi “games” sebelum kami berangkat dari SMAN 68 Jakarta Pusat, para Pramuka Penegak yang ikut denganku pun langsung mengambil posisi masing-masing. Bungkusan yang mereka bawa itu pun dibuka dan dibentangkan di atas alas tripleks bekas setinggi 50 cm sebagai tempat mereka berjualan bersama anak-anak jalanan. Anak-anak Penegak yang tadi mematung itu pun tak punya kesempatan lagi untuk terkesima melihat realitas kehidupan yang mungkin baru kali itu mereka alami.

“Permainan” pun dimulai untuk anak-anak Penegak ini. Mereka harus mengumpulkan hasil penjualan yang paling banyak di hari itu. Masing-masing tim mendampingi anak-anak ANJALI dalam berjualan. Demi sebuah Tanda Kecakapan Khusus (TKK), mereka pun berjibaku dengan semua masyarakat yang ada saat itu. Meja jualan yang tadinya berisi campuran semua jenis pakaian, kini mulai tertata dengan adanya stand sepatu, celana, dan boneka.


 

 

 
Masih menempel dalam ingatanku kalau hanya dalam beberapa detik semua barang yang kami bawa habis “diborong” para pengunjung saat itu. Bahkan dalam penjualan sebuah boneka kudanil, ada dua orang ibu-ibu yang sempat tarik menarik memperebutkannya. Yah.... setelah tawar menawar, akhirnya boneka yang dibeli di Changi Airport itu pun kami lepas dengan harga Rp3.000 (sebelumnya dibanderol Rp10.000).

Namun agak sulit ketika kami harus menjual sepasang sepatu branded yang terkena sedikit cat di bagian ujungnya dengan banderol Rp20.000. Terlalu mahal kah? Entah....


“Sepatunya saya yang beli deh kak. Buat saya kerja”, tiba-tiba muncul suara di belakangku yang ternyata salah seorang anggota Pramuka ANJALI yang siang itu juga ikut berjualan bersama kami.

“Kamu kerja ?” tanyaku dengan heran.
“Iya kak. Sore sampe malem saya kerja jagain toko orang”, tambah anak itu lagi.
“Oh...kalo buat kamu, Kakak lepas dua ribu deh... Uangnya kasih ke Arif ya?”
“Asiikk...” teriak anak itu kegiarangan.
Astagfirullahal’azhiim.... Ada rasa penyesalan di hati ini. Seharusnya aku berikan saja sepatu itu kepadanya. Kenapa pula harus bayar dua ribu Rupiah? Ah tidak... lantas ku teringat pesan Kak Yulita kemarin malam... "Berikan kail pancing, jangan melulu ikan segar apalagi ikan bakar kepada anak-anak jalanan ini. Kami tidak mendidik mereka untuk meminta-minta dan bertopang tangan, tetapi kami mendidik mereka agar dapat bertahan hidup secara terhormat sesuai prinsip-prinsip Pramuka".

Ada sebuah cerita seru lagi... Kali ini benar-benar murni cerita tentang serunya dunia trading.. Adalah seorang Pramuka Penegak dari SMAN 68 Jakarta Pusat, Putri Nuraini namanya.  Baginya,  prinsip bargaining pun berlaku di bazar murah ini.

“Seribu ye?”, tanya seorang ibu ke Putri. “Tiga ribu, bu...”, balasnya
“Seribu deh...”, tawar ibu tersebut yang kekeuh dengan harganya.
“Yah bu... Liat nih, bajunya cakep mulus. Nggak ada sobek atau cacatnya. Masih keliatan baru kan? Ibu pasti cantik deh kalo lebaran pake ini...”
“Ah si eneng bisa aje.. Kalo eneng mah pake baju yang model gimana juga cakep ajah... Ya udah deh, dua ribu yak?
“Iya deh bu, ambil dah...”, kata Putri seraya menyerahkan baju bekas itu setelah keduanya mendapatkan best price dari proses tawar-menawar.

Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Ada waktu 30 menit lagi sebelum batas waktu permainan selesai dan menutup bazar di hari itu dengan Sholat Ashar dan persiapan Buka Puasa Bersama dengan para Alumni Pramuka SMAN 68 (KEPRASMA 68) dan para donatur dari Leo Club Jakarta Cosmo Teens, serta Upacara Ulang Janji dalam rangka Hari Pramuka di malam harinya.
“Kak, kami mau jualan keliling...”, kata salah seorang Penegak 68 bernama Ratih kepadaku memecah lamunan singkatku itu.
“Ha ???”
“Saya satu tim sama Putri, Salma, dan Adit”, tambahnya.
“Kalian mau keliling kemana?” tanyaku menambah keheranan
“Sekeliling sini aja kak. Terus ke apartemen itu..” tambah Putri menjelaskan
“Apartemen itu ???” kataku sambil menunjuk bangunan megah dan mewah yang hanya berjarak sekian puluh meter dari tempat kami berdiri.
“Iya kak.. udah ya kak. Waktunya kurang dari setengah jam lagi nih..”
“Ya udah, hati-hati ya...” kataku melepas kepergian mereka yang sambil membawa pakaian bekas yang ternyata sudah sedari tadi menggantung di hanger pakaian. Saat itu pun jantungku berdegup kencang melihat aksi mereka. Semoga Allah SWT lindungi mereka dan niat tulus mereka...


 
 

Ada senyuman bahagia saat mereka pergi.. terlebih saat merangkul pundak sahabat kecil baru mereka bernama Adit, yang kini tidak lagi memakai kacu karena ringnya berhasil ku beli.. [Baca : CERITA SEBUAH RING KACU : PELAJARAN NEGOSIASI DARI SEORANG ANAK JALANAN di http://www.facebook.com/photo.php?fbid=4070625240522&set=o.137684932963675&type=1&relevant_count=1&ref=nf)


Tiga puluh menit pun sudah berlalu... Namun anak-anak itu belum juga kembali. Aku bersama Kak Bayu, Ka Gudepnya, mulai merasa was-was ketika tidak ada satupun dari mereka mengangkat telepon maupun membalas BBM yang ku kirim. Ade Kurnia, Pradana Putra Gudep Dhanapala pun melangkah menyusuri gang tempat mereka memulai perjalanannya.

Selang beberapa menit kemudian....
“Kak Fuaaaadd..... Laku banyak nih...” ada sebuah teriakan kecil yang keluar dari gang sempit itu..
“Alhamdulillah.” Rasa syukurku itu sejenak bukan karena mendengar besarnya hasil penjualan mereka, namun lebih kepada hilangnya kekhawatiran akan adanya tindakan kejahatan di jalanan yang selama ini sering diberitakan.
“he he he he... kita sampe disetop sama Satpam apartemen kak..” tambahnya dengan “bahagia” saat menceritakan pengalamannya.
Sejenak ku terdiam.... Ternyata anak-anak ini benar-benar berniat menembus apartemen mewah itu.. Subhanallah...
“Iya kak... Kak Putri berani juga ngadepin satpamnya... ha ha ha...” tambah seorang Pramuka kecil yang memakai topi biru itu.

 

Hari istimewa itu kami tutup dengan Buka Puasa Bersama dengan para Alumni Pramuka SMAN 68 (KEPRASMA 68), yang mengirimkan 200 porsi Soto Cak Lan untuk kami nikmati, dan para donatur dari Leo Club Jakarta Cosmo Teens, serta Upacara Ulang Janji dalam rangka Hari Pramuka.
Yap.... ini adalah Hari Pramuka... hari dimana semua Pramuka bersuka cita dan memperbaharui janjinya. Semua Pramuka, tanpa terkecuali...
Tidak hanya Pramuka yang berseragam mahal... Tetapi juga mereka, Pramuka yang berseragam seadanya, tapi tetap mencintai kacu merah putih di lehernya...
Banyak senyum dan tawa yang mengakhiri sore itu.
Keangkuhan bangunan megah apartemen yang ada di depan mata kami itu pun seolah-olah menjadi runtuh dengan adanya sekelompok anak yang biasa memegang gadget bergabung dengan kehangatan anak-anak yang biasa memegang gerobak, kotak asongan, gitar ngamen, karung pulungan, namun dipersatukan oleh sebuah persaudaraan yang belandaskan kecintaan mereka kepada TUNAS KELAPA... (Fu/DSI) Photos by Ratih Amelia


 
Sebagian Alumni Pramuka SMAN 68 (KEPRASMA 68)


Bersama Leo Club Jakarta Cosmo Teens yang ikut Buka Puasa Bersama
Kak Yulita bersama timnya