-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sejak masih
menjadi Pandega di tahun 2006, mengikuti sebuah workshop Kepramukaan tingkat
asia pasifik mungkin sudah menjadi kegiatan tahunanku yang wajib aku agendakan,
meski itu diadakan di Indonesia. Tapi
kali ini menjadi workshop yang istimewa bagiku. Betapa tidak? di tengah
kesibukan menyiapkan hajat besarnya yang diadakannya dua tahun sekali itu,
Gudep Dhanapala masih sempat-sempatnya mengirimkan anggotanya ke luar negeri
untuk mengikuti kegiatan ini.
Sejak
pertama kali ku ikuti di tahun 2010, APR workshop bidang lingkungan ini telah
mengubah mindset-ku tentang peranan
seorang Pramuka dalam menjaga lingkungannya. Ngeri! Itulah yang kesan yang
kuperoleh saat ku terima kenyataan bahwa bumi ini semain tua dan penyakitan.
Miris! saat ku ketahui bahwa manusia sebagai mahluk berakal yang hidup di
dalamnya ternyata belum banyak yang ambil peduli dengan hal itu. So bagaimana
dengan Pramuka? Di workshop inilah dikumpas tuntas tentang peranan seorang
Pramuka dalam menjaga kelestarian lingkungannya dalam suatu skema "Program
Lingkungan Kepramukaan Dunia" atau bahasa joharnya "World Scout Environment Programme (WSEP)".
Jumat itu, 31 Mei 2013, menjelang keberangkatan ke bandara Soekarno-Hatta, kami sempatkan untuk melepas adik Penggalang ini dalam sebuah upacara tradisi yang hanya diselenggarakan bagi mereka yang mengikuti kegiatan nasional dan internasional. Kak Hasan Basri sebagai Pembina Satuan Penggalangnya Wira pun menyerahkan bendera kebanggaan Gudep Dhanapala kepadanya. Begitu pula dengan teman-temannya di Regu Hiu Putih, Lii Putih, Rajawali, dan Melati ikut melepasnya berangkat seraya menyerahkan harapan kepadanya untuk kembali mejayakan Dhanapala.
Jumat itu, 31 Mei 2013, menjelang keberangkatan ke bandara Soekarno-Hatta, kami sempatkan untuk melepas adik Penggalang ini dalam sebuah upacara tradisi yang hanya diselenggarakan bagi mereka yang mengikuti kegiatan nasional dan internasional. Kak Hasan Basri sebagai Pembina Satuan Penggalangnya Wira pun menyerahkan bendera kebanggaan Gudep Dhanapala kepadanya. Begitu pula dengan teman-temannya di Regu Hiu Putih, Lii Putih, Rajawali, dan Melati ikut melepasnya berangkat seraya menyerahkan harapan kepadanya untuk kembali mejayakan Dhanapala.
Jam 19.30, selepas Sholat Isya kami pun berangkat ke Bandara Soekarno Hatta dengan menumpang kendaraan Pak Ihsan dan Bu Erna, kedua orang tua Wira. Sebagai seorang anak tunggal, kedua orang tua hebat ini tidak segan-segan untuk melepas anaknya untuk mengikuti kegiatan positif apapun yang ingin dia ikuti. Terlebih lagi sebagai seorang atlet renang dan baseball, Wira seringkali meninggalkan orang tuanya untuk mengikuti kompetisi di berbagai daerah/negara.
Terang saja, sebagai seorang anggota Tim Pony Baseball Bronco Indonesia (organisasi baseball dunia untuk liga U-12), Wira seringkali harus memperkuat Indonesia untuk mengikuti kompetisi baseball tersebut. Kadang aku hanya bisa menggelengkan kepala kalau setiap selesai latihan Pramuka di Gudep Dhanapala, Wira harus segera meluncur ke Senayan untuk mengikuti latihan baseball sebagai persiapan apabila timnya akan berkompetisi menghadapi tim baseball dari negara lain. Bahkan bulan Juli 2013 nanti, Wira akan berangkat ke Philippines untuk mengikuti 2013 Pony Baseball/Softball Asia-Pacific Zone Bronco Championship di Manila pada tanggal 14-18 Juli 2013.
Kembali ke
cerita perjalanan ini...
Kami tiba di
Bandara Soekarno Hatta sekitar jam 9 malam. Hmmm... masih ada 2 jam lebih untuk
mengurus semua keperluan di bandara ini. Tak lupa TDH dan scout scarf kebanggan sebagai identitas diri tetap kami pergunakan
hingga tiba di Taiwan nanti.
Pada saat di check-in counter... 31,2 kg !!! Yah... itulah berat dari koper yang Wira bawa. Harap sedikit maklum... Koper ini berisi semua "persenjataan" yang akan diperlukan di Taiwan nanti, mencakup poster, leaflet, jurnal media, souvenir, dan terutama 5 eksemplar "tesis"-nya Wira yang berjudul "LEAD CONTAMINATION IN THE RIVER INFRASTRUCTURE IN INDONESIA" atau "Pencemaran Limbah Timbal pada Insfrastuktur Sungai di Indonesia". "Tesis" itulah yang kemudian menjadi cerita menarik lagi di bagian selanjutnya dari tulisanku ini.
"Bapak
dan adik ini Pramuka?", tanya seorang petugas maskapai di check-in counter itu.
"Iya
betul, mbak. Saya Pembina Pramuka anak ini.", jawabku sekenanya.
"Koper adiknya
keberatan, Kak... Jadi kena denda nih..", kata petugas itu yang langsung
mengganti sapaannya dengan sebutan "Kakak".
Whatttt???
Denda???? kataku dalam hati dengan disertai wajah kaget yang mungkin agak lebay.
"Memangnya
dia bawa apa aja?. Memangnya mau ada acara Pramuka ya di Taiwan?", tanya
petugas itu lagi.
Atas
pertanyaan si mbak yang cantik itu, sebagai Pramuka, aku pun menjawab sejujur-jujurnya,
tentang semua material exhibition
yang ada di dalam kopernya itu. Nggak
lucu deh kalau aku harus keluar dan pergi ke ATM atau nggesek kartu kredit
untuk membayar denda ini, mengingat keterbatasan jumlah rupiah yang tersisa di
dompet karena kadung ku tukar dengan
NTD (New Taiwan Dollar).
Setelah menerima penjelasanku tadi, petugas tadi pun meminta kami untuk menghadap atasannya di priority counter yang terletak di antara domestic counter dan international counter. Akhirnya, berbekal notes pengantar dari petugas tadi, kami pun bergerak ke tempat yang dimaksud.
Setelah mengulang penjelasan yang telah ku sampaikan sebelumnya, singkat cerita, akhirnya para petugas maskapai itu pun berbaik hati mau membebaskan Wira dari denda kelebihan bagasi. Alhamdulillah... ternyata mereka juga mencintai Pramuka sehingga kami diberikan sedikit keleluasaan. Dan untuk pertama kali di dalam cerita perjalanan ini, Wira mendapatkan rizki yang tidak disangka-sangka. Alhamdulillah....
Kini boarding pass pun sudah di tangan kami... Jam 10-an malam akhirnya kami melewati imigrasi dan selanjutnya menuju ruang tunggu di E4.
Now, we're ready to get new adventure in Taiwan...
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar