Jumat, 23 November 2012

HASDUK BERPOLA : SEBUAH PELAJARAN HIDUP DARI MEREKA YANG BELAJAR BERTAHAN HIDUP


SEBUAH PELAJARAN HIDUP DARI MEREKA YANG BELAJAR BERTAHAN HIDUP
oleh : Kak Fuad Zaen



Bersama sisa-sisa anggota Pramuka Penegak yang tidak pulang kampung maupun berangkat ibadah umroh, siang itu kendaraan kami berhenti di depan Polsek Kemayoran Jakarta Pusat. Agak bingung memang, karena di bagian manakah anak-anak itu berada? Di dalam kemegahan sebuah apartemen mewah di kawasan Kemayoran itu? Ataukah di antara rumah mungil di dalam gang sempit di belakangnya? Ah....rasanya tak percaya ada manusia yang bisa hidup disana. Tapi itulah realita yang terjadi di antara kehidupan ibukota.


Fabian, Putri, Ratih, Irfan, dan Salma
 
Tak lama kemudian datanglah seorang Penegak Bantara, Irfan namanya. Ransel kecil dekil yang menempel di badannya yang ceking itu selalu bersamanya kemanapun dia pergi. Mungkin dia dapat menjadi saksi bagaimana anak ini melewati kehidupan yang juga membuatnya menjadi legam.

Setelah menjabat tangan kami semua, Irfan pun membawa kami dengan berjalan kaki. Entah kemana langkah ini dibawanya pergi. Satu hal yang pasti kuyakini, ini adalah petualangan baru yang dapat mengajar kami tentang menumbuh kembangkan rasa empati tanpa adanya seremoni.

Fabian, Putri, Ratih, dan Salma... para Pramuka Penegak SMAN 68 yang ikut bersamaku ini mulai terlihat tegang saat kami harus melewati gang sempit itu. “Teman-teman jangan kaget ya...”, canda Irfan mengawali perjalanan kami di siang yang terik itu. “Maksudnya kak?”, tanya salah seorang di antara mereka. Irfan hanya membalas dengan senyuman penuh teka-teki. Yes, we’re going to to The Bazaar with The Street Children Scout. [Baca : BAZAR MURAH PRAMUKA ANAK JALANAN IBUKOTA (ANJALI) : http://www.facebook.com/notes/scouter-fuad/bazar-murah-pramuka-anak-jalanan-ibukota-anjali/10151137908296014]

Sekitar 10 menit kemudian kami tiba di lokasi itu. Subhanallah.... Ada 50an orang masyarakat sekitar sudah siap dengan niat “belanja baju lebaran” di bazarnya Pramuka ANJALI. Anak-anak penjual di bazar itu pun memakai seragam Pramuka seadanya.



Sejenak dalam beberapa detik, mereka terdiam dan mematung melihat pemandangan di depannya. 
“Ayo Pak, Bu... barang baru dateng nih...” teriak salah seorang dari mereka yang memakai seragam Pramuka dan rompi bertuliskan “TICKET TO LIFE”. Serentak hampir semua mata memandangi kami yang membawa bungkusan pakaian bekas, sepatu bekas, dan boneka itu. Ada senyuman bahagia di wajah mereka... Subhanallah... Beberapa detik para Pramuka Penegak itu pun terdiam mematung memandangi stand mungil berukuran 2,5 x 2 meter itu seraya melihat puluhan orang yang sudah tidak sabar menanti barang apa yang kami bawa.

 
Sesuai dengan materi “games” sebelum kami berangkat dari SMAN 68 Jakarta Pusat, para Pramuka Penegak yang ikut denganku pun langsung mengambil posisi masing-masing. Bungkusan yang mereka bawa itu pun dibuka dan dibentangkan di atas alas tripleks bekas setinggi 50 cm sebagai tempat mereka berjualan bersama anak-anak jalanan. Anak-anak Penegak yang tadi mematung itu pun tak punya kesempatan lagi untuk terkesima melihat realitas kehidupan yang mungkin baru kali itu mereka alami.

“Permainan” pun dimulai untuk anak-anak Penegak ini. Mereka harus mengumpulkan hasil penjualan yang paling banyak di hari itu. Masing-masing tim mendampingi anak-anak ANJALI dalam berjualan. Demi sebuah Tanda Kecakapan Khusus (TKK), mereka pun berjibaku dengan semua masyarakat yang ada saat itu. Meja jualan yang tadinya berisi campuran semua jenis pakaian, kini mulai tertata dengan adanya stand sepatu, celana, dan boneka.


 

 

 
Masih menempel dalam ingatanku kalau hanya dalam beberapa detik semua barang yang kami bawa habis “diborong” para pengunjung saat itu. Bahkan dalam penjualan sebuah boneka kudanil, ada dua orang ibu-ibu yang sempat tarik menarik memperebutkannya. Yah.... setelah tawar menawar, akhirnya boneka yang dibeli di Changi Airport itu pun kami lepas dengan harga Rp3.000 (sebelumnya dibanderol Rp10.000).

Namun agak sulit ketika kami harus menjual sepasang sepatu branded yang terkena sedikit cat di bagian ujungnya dengan banderol Rp20.000. Terlalu mahal kah? Entah....


“Sepatunya saya yang beli deh kak. Buat saya kerja”, tiba-tiba muncul suara di belakangku yang ternyata salah seorang anggota Pramuka ANJALI yang siang itu juga ikut berjualan bersama kami.

“Kamu kerja ?” tanyaku dengan heran.
“Iya kak. Sore sampe malem saya kerja jagain toko orang”, tambah anak itu lagi.
“Oh...kalo buat kamu, Kakak lepas dua ribu deh... Uangnya kasih ke Arif ya?”
“Asiikk...” teriak anak itu kegiarangan.
Astagfirullahal’azhiim.... Ada rasa penyesalan di hati ini. Seharusnya aku berikan saja sepatu itu kepadanya. Kenapa pula harus bayar dua ribu Rupiah? Ah tidak... lantas ku teringat pesan Kak Yulita kemarin malam... "Berikan kail pancing, jangan melulu ikan segar apalagi ikan bakar kepada anak-anak jalanan ini. Kami tidak mendidik mereka untuk meminta-minta dan bertopang tangan, tetapi kami mendidik mereka agar dapat bertahan hidup secara terhormat sesuai prinsip-prinsip Pramuka".

Ada sebuah cerita seru lagi... Kali ini benar-benar murni cerita tentang serunya dunia trading.. Adalah seorang Pramuka Penegak dari SMAN 68 Jakarta Pusat, Putri Nuraini namanya.  Baginya,  prinsip bargaining pun berlaku di bazar murah ini.

“Seribu ye?”, tanya seorang ibu ke Putri. “Tiga ribu, bu...”, balasnya
“Seribu deh...”, tawar ibu tersebut yang kekeuh dengan harganya.
“Yah bu... Liat nih, bajunya cakep mulus. Nggak ada sobek atau cacatnya. Masih keliatan baru kan? Ibu pasti cantik deh kalo lebaran pake ini...”
“Ah si eneng bisa aje.. Kalo eneng mah pake baju yang model gimana juga cakep ajah... Ya udah deh, dua ribu yak?
“Iya deh bu, ambil dah...”, kata Putri seraya menyerahkan baju bekas itu setelah keduanya mendapatkan best price dari proses tawar-menawar.

Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Ada waktu 30 menit lagi sebelum batas waktu permainan selesai dan menutup bazar di hari itu dengan Sholat Ashar dan persiapan Buka Puasa Bersama dengan para Alumni Pramuka SMAN 68 (KEPRASMA 68) dan para donatur dari Leo Club Jakarta Cosmo Teens, serta Upacara Ulang Janji dalam rangka Hari Pramuka di malam harinya.
“Kak, kami mau jualan keliling...”, kata salah seorang Penegak 68 bernama Ratih kepadaku memecah lamunan singkatku itu.
“Ha ???”
“Saya satu tim sama Putri, Salma, dan Adit”, tambahnya.
“Kalian mau keliling kemana?” tanyaku menambah keheranan
“Sekeliling sini aja kak. Terus ke apartemen itu..” tambah Putri menjelaskan
“Apartemen itu ???” kataku sambil menunjuk bangunan megah dan mewah yang hanya berjarak sekian puluh meter dari tempat kami berdiri.
“Iya kak.. udah ya kak. Waktunya kurang dari setengah jam lagi nih..”
“Ya udah, hati-hati ya...” kataku melepas kepergian mereka yang sambil membawa pakaian bekas yang ternyata sudah sedari tadi menggantung di hanger pakaian. Saat itu pun jantungku berdegup kencang melihat aksi mereka. Semoga Allah SWT lindungi mereka dan niat tulus mereka...


 
 

Ada senyuman bahagia saat mereka pergi.. terlebih saat merangkul pundak sahabat kecil baru mereka bernama Adit, yang kini tidak lagi memakai kacu karena ringnya berhasil ku beli.. [Baca : CERITA SEBUAH RING KACU : PELAJARAN NEGOSIASI DARI SEORANG ANAK JALANAN di http://www.facebook.com/photo.php?fbid=4070625240522&set=o.137684932963675&type=1&relevant_count=1&ref=nf)


Tiga puluh menit pun sudah berlalu... Namun anak-anak itu belum juga kembali. Aku bersama Kak Bayu, Ka Gudepnya, mulai merasa was-was ketika tidak ada satupun dari mereka mengangkat telepon maupun membalas BBM yang ku kirim. Ade Kurnia, Pradana Putra Gudep Dhanapala pun melangkah menyusuri gang tempat mereka memulai perjalanannya.

Selang beberapa menit kemudian....
“Kak Fuaaaadd..... Laku banyak nih...” ada sebuah teriakan kecil yang keluar dari gang sempit itu..
“Alhamdulillah.” Rasa syukurku itu sejenak bukan karena mendengar besarnya hasil penjualan mereka, namun lebih kepada hilangnya kekhawatiran akan adanya tindakan kejahatan di jalanan yang selama ini sering diberitakan.
“he he he he... kita sampe disetop sama Satpam apartemen kak..” tambahnya dengan “bahagia” saat menceritakan pengalamannya.
Sejenak ku terdiam.... Ternyata anak-anak ini benar-benar berniat menembus apartemen mewah itu.. Subhanallah...
“Iya kak... Kak Putri berani juga ngadepin satpamnya... ha ha ha...” tambah seorang Pramuka kecil yang memakai topi biru itu.

 

Hari istimewa itu kami tutup dengan Buka Puasa Bersama dengan para Alumni Pramuka SMAN 68 (KEPRASMA 68), yang mengirimkan 200 porsi Soto Cak Lan untuk kami nikmati, dan para donatur dari Leo Club Jakarta Cosmo Teens, serta Upacara Ulang Janji dalam rangka Hari Pramuka.
Yap.... ini adalah Hari Pramuka... hari dimana semua Pramuka bersuka cita dan memperbaharui janjinya. Semua Pramuka, tanpa terkecuali...
Tidak hanya Pramuka yang berseragam mahal... Tetapi juga mereka, Pramuka yang berseragam seadanya, tapi tetap mencintai kacu merah putih di lehernya...
Banyak senyum dan tawa yang mengakhiri sore itu.
Keangkuhan bangunan megah apartemen yang ada di depan mata kami itu pun seolah-olah menjadi runtuh dengan adanya sekelompok anak yang biasa memegang gadget bergabung dengan kehangatan anak-anak yang biasa memegang gerobak, kotak asongan, gitar ngamen, karung pulungan, namun dipersatukan oleh sebuah persaudaraan yang belandaskan kecintaan mereka kepada TUNAS KELAPA... (Fu/DSI) Photos by Ratih Amelia


 
Sebagian Alumni Pramuka SMAN 68 (KEPRASMA 68)


Bersama Leo Club Jakarta Cosmo Teens yang ikut Buka Puasa Bersama
Kak Yulita bersama timnya

 

1 komentar:

  1. Subhanallah Luar Biasa Ka..
    Semoga Allah Selalu Memberikan Rahmat Besar Bagi Pramuka Indonesia dan Orang2 Yang Bergerak Didalamnya...

    BalasHapus