Dan
Ferdi tidak sendiri.. Banyak lagi anak semacam Ferdi di jalanan ibukota ini.
Begitu pula di sekolah papan Ibu Fatimah.
Sebut
saja Fauzan, kakak kandung Fauziah yang keduanya adalah murid Ibu Fatimah di
sekolah ini. Sebagai murid Ibu Fatimah yang paling tua, Fauzan memiliki sifat
pelindung sebagaimana anak sulung dari sebuah keluarga. Ditambah dengan sikap
tegas dan suara yang lantang, membuat anak-anak memilihnya untuk menjadi
pemimpin Regu Serigala Perak. Syukurlah Kak Satya setuju dengan pilihan
anak-anak ini. Kecerdasan Fauzan pun di atas rata-rata anak-anak yang lain.
Keesokan
lusanya, dua hari setelah latihan baris
berbaris bersama Kak Satya, seorang murid SMP mewah bermenara itu datang
menghampiri Fauzan dan kawan-kawan saat mereka sedang duduk-duduk di taman
Manggarai sambil membaca buku pemberian Kak Satya.
Hampir semua anak membaca
buku cerita atau komik. Hanya Fauzan yang membaca sebuah buku tebal. Entah apa
yang ada di dalam buku itu. Hanya sebuah judul tertulis di atas sampul buku
tebal berwarna merah tua itu.. "Encyclopedia Britannica".
"Kamu
pinru yang kemarin mimpin baris berbaris ya?", sapa anak itu yang membuat
Fauzan hanya terbengong seperti habis disapa oleh bidadari yang turun dari
surga.
"eee...
kenapa ya? kamu siapa?", tanya Fauzan agak sedikit nervous.
Fauzan
pun mentoyor kepala Faiz sambil berkata "Ngasal !"
"Faiz,
sini!", kata Farhan seraya mengajak Faiz untuk berkerumun bersama
kawan-kawannya.
"Hehehehe... Maaf Zan"
"Jangan
diulangi ya?", kata Fauzan ditambah tatapan sinisnya. Yah... begitulah
anak-anak sekolah papan becanda.
Amanda
hanya tersenyum kecil melihat tingkah laku mereka. Tak ada kecanggungan
terlihat di wajah Amanda. Pantaslah Faiz mau potong kompas menyelak Fauzan
untuk berkenalan dengan gadis yang manis itu.
"iya
betul.. maaf ya kalau kami kemarin mengganggu kamu dan teman-temanmu di
sekolah. Soalnya kami tak punya lapangan lain lagi...", jelas Fauzan.
"Oh...
bukan itu. Justru aku senang lihat kalian kemarin latihan Pramuka. Suara kamu
lantang. Bagus itu. Aku suka..."
"eeeeeeeeeaaaaaaaaaaa"
"Azzzeekkkkkkk"
"Cie
cie cieeeee"
"Woy!
Nih!", kata Fauzan sambil mengepalkan tinjunya kepada kawan-kawannya itu..
"Hahahahahhaha...."
Anaka-anak iseng itu pun kemudian bubar balik kanan sambil membawa buku
masing-masing meninggalkan Fauzan, Amanda, dan Encyclopedia Britannica.
"Terima
kasih ya...", kata Fauzan sambil menggaruk kepalanya kemudian tertunduk
tersipu malu. Seumur hidup, baru kali ini dia dipuji. Terlebih lagi dipuji oleh
seorang gadis manis ini.
"Kamu
baca buku itu", tanya Amanda dengan ekspresi terkejut.
"Oh,
ini? Buku ini baru saja aku dapat dari Kak Satya. Kakak yang bersama kami
berlatih Pramuka. Aku suka buku ini. Banyak ilmu yang bisa ku dapatkan di buku
ini, termasuk soal negara Jerman. Tempat dimana aku akan menimba ilmu dan
menjadi seperti idolaku, Bapak BJ Habibie", kata Fauzan dengan semangat
45.
"Hmmmm..
oh ya?. Aku suka anak yang punya cita-cita tinggi semacam kamu ini...
"Cie
cie cieeeee........." Teman-teman Fauzan secara tiba-tiba keluar lagi dan
kemudian menggoda Fauzan yang sedang berbicara berdua dengan Amanda.
"iiiiiiiiiiihhhhhhhhhhhhhhhhh...
awas kalian ya !!!!"
"Hahahahahahhahaha......."
Kau ada
dikala ku suka
Dikala ku
duka
setiap
tangisan dan juga ketawa
Kau ada
dikala ku perlu
setia
menemaniku
Pegang erat
tanganku bila aku jatuh
Kau lah yang
selalu
Selalu
menemaniku
Mendengar
kisah pahit manis
Hidup ku
Kau lah yang
di situ
Setia
menunggu ku
Kau lah yang
satu
Menjadi
sahabatku
Ku tahu ku
kan selalu ada
Pada dirimu
Dan ku harap
kau juga rasa begitu
Kau lah yang
selalu
Selalu
menemaniku
Mendengar
kisah pahit manis
Hidup ku
Kau lah yang
di situ
Setia
menunggu ku
Kau lah yang
satu
Menjadi
sahabatku
Hari
pun berlalu. Fauzan dan Amanda jadi sering bertemu setelah perjumpaan pertama
siang itu. Kini Amanda seolah menjadi bagian dari anak-anak sekolah papan Ibu
Fatimah.
Setiap
kali anak-anak itu berlatih, Amanda dengan setia memandangi kawan-kawannya itu
dengan sabar sambil menyiapkan minuman ala kadarnya untuk Fauzan. Beberapa kali
terlihat Amanda membawakan susu kemasan yang dia ambil dari kulkas rumahnya
untuk anak ini. Bagi Fauzan, kebersamaan di antara mereka adalah faktor utama.
Susu pemberian Amanda pun mereka bagi habis meski hanya seteguk untuk seorang.
Hari itu Amanda membawa sesuatu yang spesial buat Fauzan. Sebuah sepatu yang telah dia buang ke tempat sampah tiga hari yang lalu...
Bedanya, sepatu itu kini tampak lebih "cantik" daripada sebelumnya.. Lubang-lubang yang membuat Fauzan memutuskan untuk membuangnya karena telah banyak membuat kakinya luka, kini tampak lebih rapi dan ramai dengan beberapa karakter jahitan Amanda. Tak lupa, kini Amanda sudah mengganti tali sepatu yang putus itu dengan yang baru.. Dan itulah yang membuat sepatu itu tampak lebih cantik... Sepasang tali sepatu berwarna pink....
Hari itu Amanda membawa sesuatu yang spesial buat Fauzan. Sebuah sepatu yang telah dia buang ke tempat sampah tiga hari yang lalu...
Bedanya, sepatu itu kini tampak lebih "cantik" daripada sebelumnya.. Lubang-lubang yang membuat Fauzan memutuskan untuk membuangnya karena telah banyak membuat kakinya luka, kini tampak lebih rapi dan ramai dengan beberapa karakter jahitan Amanda. Tak lupa, kini Amanda sudah mengganti tali sepatu yang putus itu dengan yang baru.. Dan itulah yang membuat sepatu itu tampak lebih cantik... Sepasang tali sepatu berwarna pink....
Namun
beberapa hari belakangan ini Amanda tak nampak lagi di tempat mereka berlatih..
Kamanakah dia? Apakah Amanda sakit? Entahlah....
(bersambung)
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar