Minggu, 01 Desember 2013

MUSIKAL ANAK LANGIT BABAK I - SCENE 5 : AMANDA, SAHABAT BARU ANAK LANGIT


Dan Ferdi tidak sendiri.. Banyak lagi anak semacam Ferdi di jalanan ibukota ini. Begitu pula di sekolah papan Ibu Fatimah.

Sebut saja Fauzan, kakak kandung Fauziah yang keduanya adalah murid Ibu Fatimah di sekolah ini. Sebagai murid Ibu Fatimah yang paling tua, Fauzan memiliki sifat pelindung sebagaimana anak sulung dari sebuah keluarga. Ditambah dengan sikap tegas dan suara yang lantang, membuat anak-anak memilihnya untuk menjadi pemimpin Regu Serigala Perak. Syukurlah Kak Satya setuju dengan pilihan anak-anak ini. Kecerdasan Fauzan pun di atas rata-rata anak-anak yang lain. 

Keesokan lusanya,  dua hari setelah latihan baris berbaris bersama Kak Satya, seorang murid SMP mewah bermenara itu datang menghampiri Fauzan dan kawan-kawan saat mereka sedang duduk-duduk di taman Manggarai sambil membaca buku pemberian Kak Satya. 

Hampir semua anak membaca buku cerita atau komik. Hanya Fauzan yang membaca sebuah buku tebal. Entah apa yang ada di dalam buku itu. Hanya sebuah judul tertulis di atas sampul buku tebal berwarna merah tua itu.. "Encyclopedia Britannica".

"Kamu pinru yang kemarin mimpin baris berbaris ya?", sapa anak itu yang membuat Fauzan hanya terbengong seperti habis disapa oleh bidadari yang turun dari surga.

"eee... kenapa ya? kamu siapa?", tanya Fauzan agak sedikit nervous.


"Kenalkan.. Aku Amanda", katanya sambil menyodorkan tangan putih itu.

"Faiz", kata Faiz menyelak pembicaraan antara Fauzan dan Amanda sambil cengengesan ga jelas itu..


Fauzan pun mentoyor kepala Faiz sambil berkata "Ngasal !"

"Faiz, sini!", kata Farhan seraya mengajak Faiz untuk berkerumun bersama kawan-kawannya.

"Hehehehe... Maaf Zan" 
                                  
"Jangan diulangi ya?", kata Fauzan ditambah tatapan sinisnya. Yah... begitulah anak-anak sekolah papan becanda.

Amanda hanya tersenyum kecil melihat tingkah laku mereka. Tak ada kecanggungan terlihat di wajah Amanda. Pantaslah Faiz mau potong kompas menyelak Fauzan untuk berkenalan dengan gadis yang manis itu.

"Kamu pinru yang kemarin mimpin baris berbaris kan?"


"iya betul.. maaf ya kalau kami kemarin mengganggu kamu dan teman-temanmu di sekolah. Soalnya kami tak punya lapangan lain lagi...", jelas Fauzan.

"Oh... bukan itu. Justru aku senang lihat kalian kemarin latihan Pramuka. Suara kamu lantang. Bagus itu. Aku suka..."

"eeeeeeeeeaaaaaaaaaaa"

"Azzzeekkkkkkk"

"Cie cie cieeeee"

"Woy! Nih!", kata Fauzan sambil mengepalkan tinjunya kepada kawan-kawannya itu..

"Hahahahahhaha...." Anaka-anak iseng itu pun kemudian bubar balik kanan sambil membawa buku masing-masing meninggalkan Fauzan, Amanda, dan Encyclopedia Britannica.

"Terima kasih ya...", kata Fauzan sambil menggaruk kepalanya kemudian tertunduk tersipu malu. Seumur hidup, baru kali ini dia dipuji. Terlebih lagi dipuji oleh seorang gadis manis ini.

"Kamu baca buku itu", tanya Amanda dengan ekspresi terkejut.

"Oh, ini? Buku ini baru saja aku dapat dari Kak Satya. Kakak yang bersama kami berlatih Pramuka. Aku suka buku ini. Banyak ilmu yang bisa ku dapatkan di buku ini, termasuk soal negara Jerman. Tempat dimana aku akan menimba ilmu dan menjadi seperti idolaku, Bapak BJ Habibie", kata Fauzan dengan semangat 45.

"Hmmmm.. oh ya?. Aku suka anak yang punya cita-cita tinggi semacam kamu ini...

"Cie cie cieeeee........." Teman-teman Fauzan secara tiba-tiba keluar lagi dan kemudian menggoda Fauzan yang sedang berbicara berdua dengan Amanda.

"iiiiiiiiiiihhhhhhhhhhhhhhhhh... awas kalian ya !!!!"

"Hahahahahahhahaha......."




Kau ada dikala ku suka
Dikala ku duka
setiap tangisan dan juga ketawa
Kau ada dikala ku perlu
setia menemaniku
Pegang erat tanganku bila aku jatuh

Kau lah yang selalu
Selalu menemaniku
Mendengar kisah pahit manis
Hidup ku

Kau lah yang di situ
Setia menunggu ku
Kau lah yang satu
Menjadi sahabatku

Ku tahu ku kan selalu ada
Pada dirimu
Dan ku harap kau juga rasa begitu

Kau lah yang selalu
Selalu menemaniku
Mendengar kisah pahit manis
Hidup ku

Kau lah yang di situ
Setia menunggu ku
Kau lah yang satu
Menjadi sahabatku



Hari pun berlalu. Fauzan dan Amanda jadi sering bertemu setelah perjumpaan pertama siang itu. Kini Amanda seolah menjadi bagian dari anak-anak sekolah papan Ibu Fatimah. 

Setiap kali anak-anak itu berlatih, Amanda dengan setia memandangi kawan-kawannya itu dengan sabar sambil menyiapkan minuman ala kadarnya untuk Fauzan. Beberapa kali terlihat Amanda membawakan susu kemasan yang dia ambil dari kulkas rumahnya untuk anak ini. Bagi Fauzan, kebersamaan di antara mereka adalah faktor utama. Susu pemberian Amanda pun mereka bagi habis meski hanya seteguk untuk seorang.

Hari itu Amanda membawa sesuatu yang spesial buat Fauzan. Sebuah sepatu  yang telah dia buang ke tempat sampah tiga hari yang lalu...
Bedanya, sepatu itu kini tampak lebih "cantik" daripada sebelumnya.. Lubang-lubang yang membuat Fauzan memutuskan untuk membuangnya karena telah banyak membuat kakinya luka, kini tampak lebih rapi dan ramai dengan beberapa karakter jahitan Amanda. Tak lupa, kini Amanda sudah mengganti tali sepatu yang putus itu dengan yang baru.. Dan itulah yang membuat sepatu itu tampak lebih cantik... Sepasang tali sepatu berwarna pink....

Namun beberapa hari belakangan ini Amanda tak nampak lagi di tempat mereka berlatih.. Kamanakah dia? Apakah Amanda sakit? Entahlah....


(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar