Kamis, 05 Desember 2013

MUSIKAL ANAK LANGIT BABAK II - SCENE 2 : CEPAT DATANG CEPAT PERGI

Kegalauan pun muncul di pikiran mereka, terlebih lagi kesedihan mendalam terlihat di wajah Fauzan. Suaranya kini tak lagi lantang dan jelas terdengar. Yang ada sekarang hanyalah seorang anak ABG yang sedang galau dan rindu akan orang yang disayanginya.


Siang itu, murid-murid Ibu Fatimah sedang berlatih Pramuka di taman Manggarai. Kali ini Fauzan ada yang salah dengan kencangnya ikatan pioneering yang dibuatnya. Sepertinya nyawa Fauzan sudah tidak ada di raganya saat latihan hari itu.

Suasana itu yang membuat Kak Satya lantas mengambil gitarnya untuk menghibur Fauzan dan kawan-kawannya. Alunan gitar asik dari Kak Satya ini pun kemudian membuat naluri pengamen Fahmi menjadi tererak dan bernyanyi lagu wajib pengamen itu untuk menghibur sahabat-sahabatnya.


Aku yang dulu bukanlah yang sekarang
Dulu ditendang sekarang ku disayang
Dulu dulu dulu ku menderita
Sekarang aku bahagia

Cita cita ku menjadi orang kaya
Dulu ku susah sekarang alhamdulillah
Bersyukurlah pada yang maha kuasa
Memberi jalan untuku semua

Hidupku dulunya seorang pengamen
Pulang malam selalu bawa uang recehan
Mengejar cita cita paling mulia
Membantu keluarga dirumah

Sekolah dulu ku gak punya biaya
Terpaksa kuharus mencari nafkah
Tetapi aku tak berputus asa
Pasti yang kuasa memberi jalannya

Hidupku dulunya seorang pengamen
Pulang malam selalu bawa uang recehan
Mengejar cita cita paling mulia
Bersyukur masuk dapur rekaman

Sekolah dulu aku gak punya biaya
Terpaksa kuharus mencari nafkah
Paling bisa bantu dengan penuh cinta
Cinta yang penuh warna








"Permisi..... Siapa di antara kalian yang bernama Fuzan?", dua orang anak perempuan seumuran Amanda dari sekolah bermenara itu tiba-tiba memecah kesunyian mereka di siang itu.. Dasar iseng, anak-anak itu pun menunjuk satu sama lain dengan ngasal.






“Yeeeeeeeehhhh... Beneran nih! Siapa???”, kata anak yang satu lagi.

"Iya, aku Fauzan. Ada apa ya kamu mencari aku?", Fauzan pun menjawab setelah memberikan pioneering kaki tiga itu kepada Ferdinan.

"Ini ada surat dari Amanda buat kamu. Sudah ya, kami mau masuk kelas dulu", kata gadis itu sambil berlalu. Entah siapa namanya...

"Ada apa Zan?", Ferdinan bertanya dengan penuh penasaran.

"Entahlah.. Katanya ini surat dari Amanda..."

"Buka Zan, kita baca sama-sama", kata Faiz yang juga penasaran.

"Hei! ngasal aja kau!", kata Fatih sambil berkacak pinggang kepala Faiz yang memang dikenal paling kepo di antara teman-temannya. "Ini kan surat dari Amanda buat Fauzan. Bisa aja kan kalau ini surat cinta?? Ada apa pula kau mau tau urusan cinta orang lain???", tambah Fatih yang memang dikenal galak, meski badannya paling kecil di antara yang lain.

"Iya Zan, maaf ya...", kata Faiz

"Jangan diulangi lagi yaaaaa...!!!", kata kawan-kawannnya yang lain serentak.

Fauzan pun berjalan ke pinggir. Wajahnya galau. Tangannya gemetaran. Entah apa yang berkecamuk di dalam hatinya...

"Ya Allah, ada apa dengan Amanda? Lindungi dia, Ya Allah...", kata Fauzan dalam hati.

Surat itu pun dibukanya dengan hati-hati.. Memastikan bahwa kertas di dalamnya tidak akan tersobek dibuatnya.

Fauzan dan teman-teman yang aku sayangi....

Terima kasih telah membuat hari-hariku menjadi lebih ceria dalam sebulan belakangan ini.. Aku senang berada di tengah-tengah kalian. Kalian lebih menjadikanku berharga, dibanding apabila aku berdiri di dalam sekolah dengan menara keangkuhannya itu...

Namun kini aku harus pergi...

Ayah mengirimku untuk tinggal di jerman dan sekolah di sana bersama kakakku yang pertama. Dan aku akan tetap tingal di sana sampai takdirku datang dan menjemputku pulang ke tanah air...

Fauzan dan teman-teman yang aku sayangi....

Selamat tinggal semua... Tetaplah giat berlatih dan berjuang demi prestasi yang ingin kalian raih di lomba nanti... 

Jangan menyerah! Kalianlah anak langit... Gapailah cita-cita kalian yang kini ada di langit. 

Demi cita dan cinta...
Demi dhanapala...


Setelah membaca surat dari Amanda, Fauzan hanya berdiri tertegun. Tak ada setetes air mata pun keluar dari matanya. Fauzan berusaha tegar, setidaknya di hadapan teman-temannya. Meski sebenarnya hatinya hancur ditinggal orang yang ia sayangi....

Aku adalah insan yang tak punya
Namun cita slalu membara...
Biar ku tentang badai dan gelombang
Atau gunung yang menjulang...

Pujangga menyatakan
Genggamlah dunia
Agar hidup tak percuma...

Ku bawa kedamaian di persada jiwa
Sinar menyuluh gulita...

Setiap desah nafasku teriringi doa
Bangkit jiwaku, citaku dan langkah terpadu
Lalu tersentak diriku sadari lamunan
Kini sebenarnya aku tlah jauh berjalan

Aku adalah insan yang tak punya
Kilauan emas permata...
Lalu kucoba menaburi jiwa
Dengan cita-cita membara..
Akan ku genggam dunia...







 




"Zan... Fauzan!"
"Zan, kau tak apa-apakah? Amanda kenapa???", Faiz dan Ferdinan, kedua murid Ibu Fatimah yang paling dekat dekat Fauzan pun menghampiri sahabatnya yang sedang galau itu. Paham akan sifat Fauzan, mereka berdua pun membawa Fauzan ke dalam kelas, menjauhi anak-anak lainnya.

Dan Fauzan adalah Fauzan... Sebagai Pemimpin Regu Serigala Perak, ia tidak ingin terlihat cengeng di hadapan sahabat-sahabatnya. Namun kehadiran Faiz dan Ferdinan kali ini membuatnya menampakkan kesedihannya hari itu. Air matanya tumpah setumpah-tumpahnya di pelukan Faiz dan Ferdinan...

“Amandaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.....”







(bersambung)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar