Minggu, 01 Desember 2013

MUSIKAL ANAK LANGIT BABAK I - SCENE 3 : KEDATANGAN KAK SATYA


Ibu Fatimah mengajarku banyak hal tentang kehidupan yang keras di ibu kota ini... 

Dan pagi itu.........

"Fatiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiihhhhhhhhhhhhhh...... Fahmiiiiii............ Farhaaaannnn... Jangan main di jalan!!! Berbahaya...."
"Iya bundaaaaa.... Sebentar lagi yaaaa.. Satu gol lagi deh..."
"Ayo, cepetaaaaannnnn !!!!!"

"Iya bundaaaaa......"

Tiga orang murid Ibu Fatimah bermain bola di taman depan sekolah papan kami. Taman itu satu-satunya tempat kami bermain. Tak pernah kami membayangkan kalau sekolah ini akan memiliki halaman luas apalagi parkiran mobil seperti yang dimiliki oleh sekolah mewah yang menaranya terlihat jelas dari taman tempat kami berdiri ini. Kami menyebutnya “Sekolah dengan Menara Keangkuhan”...

Alhamdulillah, hari ini Ibu Fatimah tidak semurka hari-hari sebelumnya apabila beliau menemukan kami bermain sepak bola di jalanan.


"Anak-anak ayo cepat, kita masuk kelas... Ada yang ingin Ibu kenalkan ke kalian", panggil Ibu Fatimah kepada kami sekali lagi.

Eh, kelas? yang mana??? Just a little bit confuse.. Sedikit membingungkan.
Ah... rupanya "kelas" yang Ibu Fatimah maksudkan adalah ruangan bekas gudang sekolah negeri yang beliau sulap dengan se buah meja dan bangku bekas sebagai tempanya. Walhasil, kami pun harus duduk lesehan di kelas itu agar kami tetap bisa belajar. Hehehe....


"Nah anak-anak, Ibu mau memperkenalkan kalian pada seseorang. Ini namanya Kak Satya Wibawa. Kalian boleh memanggilnya Kak Satya", kata Ibu Fatimah yang di sampingnya ada seorang laki-laki yang kira-kira berusia 18 tahun itu.

"Mulai hari ini, setiap hari Sabtu Kak Satya akan membantu Ibu dan Bapak untuk melatih kalian keterampilan Pramuka. Kalian tau kenapa? Karena 3 bulan lagi kita akan menghadapi Lomba Regu Prestasi", tambah Pak Zaenuddin yang berdiri di samping Ibu Fatimah.

"Ha? Pramuka?? Lomba???????? Aduuuuuuhhhhhhh", Faiz pun langsung bereaksi menepuk jidatnya mendengar kabar dari Pak Zaenuddin ini.

"Ibunda, bukankah Pramuka hanya untuk anak-anak orang kaya?", timpal Fatiyah

"Benar Ibunda.. Lihatlah sekolah mewah itu. Mereka selalu bisa pergi ke luar negeri dengan seragam Pramuka yang mereka banggakan. Licin dan selalu rapi, serta banyak tanda-tanda yang menempel di atas seragamnya.",  tambah Ferdinand.


"Adik-adik, menjadi seorang Pramuka tidak mesti dilihat dari adanya tidaknya, bagus jeleknya, maupun licin leceknya Seragam Pramuka. Tapi dengan adanya seragam Pramuka, semua anak-anak Indonesia akan menjadi sama. Satu tujuan dan cita-cita demi negara kita tercinta", jelas Kak Satya kepada kami semua.

"Itu benar anak-anak... Dan mulai hari ini, Ibu namakan Pramuka kita ini dengan nama DHA-NA-PA-LA", kata Ibu Fatimah.



DHANAPALA???? Serentak anak-anak memecah keheningan itu.

“DHANAPALA? Apalagi itu???”, Faiz menambah kebingungannya.

"Tapi Kak Satya, kami tidak punya apa-apa untuk berlatih Pramuka...", kata Zahra dengan nada memelas.

"Hahaha... Pramuka itu hidup dan berlatih di alam terbuka. Semua peralatan untuk kalian berlatih bisa di peroleh di alam juga...", jelas Kak Satya kemudian.

“Nah sekarang ayo satu per satu kenalkan nama kalian...”, pinta Ibu Fatimah kepada anak-anak
                       
“Aku Fauzan kak”, kata Fauzan yang mengawali perkenalan itu.

“Aku Fatih”, kata sang Ketua Kelas.            

“Saya Fahmi kak”, tambah Fahmi yang pengamen itu.
                       
“Fadli hadir !”, kata Fadli yang sehari-hari berjualan es di stasiun Manggarai.
                       
“Fauziah yang paling cantik....”
           
“huuuuuuuu....”, sorak anak-anak yang mem-bully Fauziah. Yah...inilah Fauziah, adik kandung Fauzan yang memang manja tapi cengeng dan jahil. Abangnya pun selalu membelanya. Karena itulah, statusnya sebagai adiknya Fauzan itu kadang ia gunakan untuk semena-mena kepada murid-murid Ibu Fatimah.
                       
“Farah kak”, tambah Farah
                       
“Ferdinan selalu di hati kak...”, kata Ferdinan, satu-satunya anak jalanan murid Ibu Fatimah yang tidak pernah turun ke jalan. Bukan karena malas atau malu, tetapi mamanya akan marah besar kalau tahu anak kesayangannya ini mengasong di jalanan.
                       
“Faiz hadir kak!”. Faiz adalah anak paling jahil dan suka mengganggu teman-temannya, terutama Fauziah. Dia senang sekali menjahili Fauziah, yang kadang dibuat menangis karenanya. Walhasil, Fauzan kadang suka bersitegang dengan sahabatnya ini.
                       
“Fatiyah di sini...”, lanjut Fatiyah, murid Ibu Fatimah yang paling jago menari tradisional Jakarta.
                       
“Aku zahra...”, kata Zahra, si anak pemalu yang sering Farhan goda dengan kegantengannya yang nanggung itu.

“dan aku.. Namaku farhan wiratama. Kata ayahku, kelak nanti aku akan menjadi perwira utama”
                       
“huuuuuuuuuuuuu......”, serentak anak-anak lainnya menyoraki Farhan, murid Ibu Fatimah yang paling jago semua olah raga. Mulai dari sepak bola, kasti, renang dan sebagainya. Hahaha...tumbuh besar di Kali Manggarai ternyata ada manfaatnya buat Farhan.


"Wah ibunda... Kalau begitu, boleh ya kami pakai pohon bambu di samping sekolah untuk dijadikan tongkat Pramuka?", pinta Fahmi

"Tentu boleh... Ibu sudah minta izin ke Pak Zaenuddin kok...", tambah Ibu Fatimah.

"Horeeeeeeeee!!!!! Sekarang kita bisa latihan Pramuka seperti anak-anak di sekolah mahal tu...", celoteh Farhan.

"Tentu dik... Kalian tidak hanya memiliki alam, tapi kalian juga memiliki cinta dan kasih sayang seorang Pak Zaenuddin, Ibu Fatimah, dan pastinya sahabat-sahabat sejati kalian...", jelas Kak Satya sebagai motivasi.



Subhanallah..... Kalimat dahsyat dari seseorang yang baru kami kenal, namun sangat mengena dan menyentuh hati ini. Baru saja ku tersadar, bahwa aku tak sendiri dalam meniti di bumi ini...


(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar