Kamis, 05 Desember 2013

MUSIKAL ANAK LANGIT BABAK II - SCENE 1 : TAKDIR AMANDA



One night I stand I remind of you
Our hope and dream tears in my eyes
When you gone so fast
When I realized you know I can’t be perfect

I fall form you
You make me like I can’t stand with you
You make me like I can’t life with you
I can’t hold your hand

So please don’t let me down
I try to be a stronger
When I know everything over
Every time I feel everyday I think
I never see you once again

I know I can’t be a stronger
Even I try to forget you
Oh no I missing you
I need is you so please don’t make me feel like
I keep you in my heart




Malam itu, di rumah kediaman Prof. Prabowo, Ayah Amanda, terdengar petikan gitar dari kamar putrinya. Di atas meja belajarnya, secarik kertas dan selembar amplop berwarna pink telah tertulis kalimat-kalimat kegalauan untuk sahabatnya di sana... Sementara itu, Prof. Prabowo yang ahli bedah anak itu pun selesai membaca buku kedokteran di ruang keluarga.

Amanda.... Faz max du?, tanya Ayah Amanda dalam bahasa Jerman.
“sedang apa kamu nak?” 

"Habis menulis surat yah...", jawab Amanda.

"Surat buat Fauzan?"


"Untuk anak-anak Dhanapala...", balas Amanda dengan tersenyum kecil.
"Hmmmm..... Mereka anak-anak yang hebat ya? Hidup di jalanan, tapi tetap semangat sekolah. Dan di antara mereka, ayah paling suka Fauzan. Dia cerdas dan juga sholeh.."

"Terima kasih yah...", kata Amanda yang kemudian tersenyum malu. Ayah Amanda membalas senyuman putrinya sambil mengacak rambut Amanda...
"Amanda, kamu percaya takdir, nak?"

"Harus yah... Kenapa?"

Ayah Amanda hanya tersenyum ke arah putrinya.... Kini permasalahan putrinya jauh lebih menarik ketibang buku Anatomi dan Fisiologi itu.

"Amanda anak ayah yang tersayang... Kalau kamu percaya akan adanya takdir, maka, yakinlah bahwa apabila dia memang takdirmu, Allah melalui takdir-Nya akan mempertemukan kalian kembali suatu saat nanti...."


"Ayah  berikan dia satu kesempatan lagi, yaitu untuk menyusulmu ke Jerman dan bersekolah di sana. Setelah itu, barulah kita tentukan, apakah itu adalah kehendak Allah untuk mempersatukan kalian atau tidak... Yakinlah nak... Ayah sayang Amanda..".
Prof. Prabowo kini lega... Anaknya telah menjelang dewasa. Satu lagi tanggung jawabnya untuk mendidik dan membesarkan anaknya terus dicoba. Pelukan dan kecupan seorang ayah di kening anaknya menjadikan perasaan di hati seorang ayah ini kian berkecamuk, terngiang amanah terakhir almarhumah sang istri yang menjadikannya single parents dua tahun lalu, untuk selalu memberikan yang terbaik buat anak-anak mereka.

Amanda akan pergi menyusul kakaknya yang sudah tinggal dan sekolah di Jerman. Bagi Prof. Prabowo, pendidikan bagi anak-anaknya adalah nomor satu. Dia pun rela tinggal sendiri di Jakarta sepeninggal istrinya karena Thalasemia, dan mengikhlaskan putra-putrinya untuk mengenyam pendidikan yang terbaik untuk masa depan mereka.


(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar