One night I stand I remind of you
Our hope and dream tears in my eyes
When you gone so fast
When I realized you know I can’t be perfect
I fall form you
You make me like I can’t stand with you
You make me like I can’t life with you
I can’t hold your hand
So please don’t let me down
I try to be a stronger
When I know everything over
Every time I feel everyday I think
I never see you once again
I know I can’t be a stronger
Even I try to forget you
Oh no I missing you
I need is you so please don’t make me feel like
I keep you in my heart
Malam itu, di rumah kediaman Prof. Prabowo, Ayah Amanda, terdengar
petikan gitar dari kamar putrinya. Di atas meja belajarnya, secarik kertas dan
selembar amplop berwarna pink telah tertulis kalimat-kalimat kegalauan untuk
sahabatnya di sana... Sementara itu, Prof. Prabowo yang ahli bedah anak itu pun selesai membaca buku kedokteran di ruang keluarga.
Amanda.... Faz max du?, tanya Ayah Amanda dalam bahasa
Jerman.
“sedang apa kamu nak?”
"Habis menulis surat yah...", jawab Amanda.
"Surat buat Fauzan?"
"Hmmmm..... Mereka anak-anak yang hebat ya? Hidup
di jalanan, tapi tetap semangat sekolah. Dan di antara mereka, ayah paling
suka Fauzan. Dia cerdas dan juga sholeh.."
"Terima kasih yah...", kata Amanda yang
kemudian tersenyum malu. Ayah Amanda membalas senyuman putrinya sambil mengacak
rambut Amanda...
"Amanda, kamu percaya takdir, nak?"
"Harus yah... Kenapa?"
Ayah Amanda hanya tersenyum ke arah putrinya.... Kini
permasalahan putrinya jauh lebih menarik ketibang buku Anatomi dan Fisiologi
itu.
"Amanda anak ayah yang tersayang... Kalau kamu
percaya akan adanya takdir, maka, yakinlah bahwa apabila dia memang takdirmu,
Allah melalui takdir-Nya akan mempertemukan kalian kembali suatu saat
nanti...."
"Ayah berikan dia satu kesempatan lagi, yaitu untuk menyusulmu ke Jerman dan bersekolah di sana. Setelah itu, barulah kita tentukan, apakah itu adalah kehendak Allah untuk mempersatukan kalian atau tidak... Yakinlah nak... Ayah sayang Amanda..".
Prof. Prabowo kini lega... Anaknya telah menjelang dewasa. Satu lagi tanggung jawabnya untuk
mendidik dan membesarkan anaknya terus dicoba. Pelukan dan kecupan seorang ayah
di kening anaknya menjadikan perasaan di hati seorang ayah ini kian berkecamuk, terngiang amanah terakhir almarhumah sang istri yang menjadikannya single parents dua tahun lalu, untuk selalu memberikan yang terbaik buat anak-anak mereka.
Amanda akan pergi menyusul kakaknya yang sudah tinggal dan sekolah di Jerman. Bagi Prof. Prabowo, pendidikan bagi anak-anaknya adalah nomor satu. Dia pun rela tinggal sendiri di Jakarta sepeninggal istrinya karena Thalasemia, dan mengikhlaskan putra-putrinya untuk mengenyam pendidikan yang terbaik untuk masa depan mereka.
Amanda akan pergi menyusul kakaknya yang sudah tinggal dan sekolah di Jerman. Bagi Prof. Prabowo, pendidikan bagi anak-anaknya adalah nomor satu. Dia pun rela tinggal sendiri di Jakarta sepeninggal istrinya karena Thalasemia, dan mengikhlaskan putra-putrinya untuk mengenyam pendidikan yang terbaik untuk masa depan mereka.
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar