Senin, 09 Desember 2013

MUSIKAL ANAK LANGIT BABAK II - SCENE 5 : PEJUANG YANG BERDIRI DI ATAS CITA DAN CINTA


Kali ini Anak-anak Langit tampil lebih gagah dari biasanya. Pak Haji Satibi akhirnya terluluhkan hatinya untuk menyumbangkan baret dan tatop Pramuka kepada anak-anak itu.

Seragam Pramuka hasil berburu di Tempat Pembuangan Sementara sampah wilayah Manggarai itu pun kini mampu membalut badan kerempeng anak-anak itu menjadi lebih gagah macam tentara. Sepatu yang mereka kenakan pun tak ada yang istimewa, selain milik Fauzan...

Takkan pernah dia lupakan, saat suatu sore Amanda datang ke tempat mereka berlatih dan membawa sepatu yang pernah dibuang oleh Fauzan karena terlalu banyak bolong dan robeknya. Fauzan lebih memilih tidak memakai sepatu, ketibang harus memakai sepatu bolong itu. Ternyata sepatu itu kini telah rapi terjahit meski ada tambalan di sana sini...

Amanda pun mengganti tali sepatu itu dengan yang lebih baik lagi, mengganti tali sepatu yang tinggal setengah. Warnanya? Sungguh kalau itu bukan dari Amanda, pasti Fauzan takkan pernah mau memakainya.. Cukuplah setiap kali latihan Pramuka, Faiz dan Farhan mentertawakan sepatu dengan tali berwarna pink itu...
"Seluruhnya... Siaaaaaaapppp Grak!!!". Suara lantang Fauzan memenuhi langit taman Manggarai pagi itu, mengagetkan anak-anak sekolah bermenara megah yang juga sedang siap-siap mengikuti lomba. Di balik gerbang itu, sepasang mata penuh kebencian milik Mario, Pemimpin Regu Cobra melihat dengan tajam ke arah Fauzan dan kawan-kawannya.


"Baiklah kawan-kawan, sebelum kita berangkat, marilah kita berdoa bersama. Agar Allah SWT meringankan gerak dan langkah kita untuk menghadapi lomba kali ini. Berdoa dimulai.."

"Berdoa selesai".

"We are Dhanapala!!!"
"Wa cha cha.."
"We are Dhanapala!!!"
"Wa cha cha.."
"We are Dhanapala!!!"
"Wa cha cha.. We Are The Best !!!!"

Yell-yell Dhanapala pun kemudian dikumandangkan. Kibaran bendera regu Serigala Perak hadiah dari Pak Zaenuddin pun mulai dimainkan oleh Fauzan.. Tiba-tiba....

"Fauzan! Tunggu dulu..."
Suara panggilan dari dua orang anak perempuan dari dalam sekolah itu pun menghentikan langkah Fauzan untuk kemudian melihat ke arah dalam sekolah. Ternyata anak yang beberapa hari yang lalu mengantarkan surat Amanda kepadanya.

"Ada apa?", kata Fauzan.





"Kenalkan, namaku Diana. Aku sahabatnya Amanda. Dan ini Astri. Kami bertiga bersahabat sejak SD."

"Ada amanat dari Amanda yang belum kami sampaikan", tambah Astri.

"Hah??. Apa itu"

"Surat yang kemarin itu sebenarnya disertai kertas dan sebuah kotak berwarna perak ini. Tapi Amanda pesankan pada kami supaya memberikannya ke kamu sebelum berangkat lomba hari ini.", kata Diana menjelaskan.

"Kau tak keberatan kalau aku baca surat ini?. Karena itu pesan Amanda", kata Astri.

"Tak lah... Amanda pasti mengenal sahabatnya dengan baik"

"Baiklah terima kasih"

Amplop pink itu pun kemudian dibuka dengan hati-hati oleh Astri. Wajahnya kini memperlihatkan suasana hati yang lain.. Sebuah puisi yang Amanda tulis buat kawan-kawannya yang akan berlaga hari ini..

"Apa itu Astri?", tanya Fauzan

Kepada Para Pejuang Yang berdiri diatas Cita & Cinta

Saat kami berdiri
          Saat itulah cita terpatri
Saat kami tegakkan dada
          Saat itulah cinta ada
Saat kami berjalan beriring
          Saat itulah kemenangan tak lagi asing

Berdiri, berjalan tegaklah
Layaknya Ksatrya Gajah Mada
Dia miliki cita
          Menyatukan Nusantara

Yakini diri, kuatkan jiwa
Layaknya Putri Pramodhawardhana
Dia miliki cinta
          Terindah di dunia

Ujian takkan pernah berkesudahan
Dia datang dan pergi tanpa pesan
Hanya hati yang pasrah dan tanpa iman
          Yang tak yakin akan pertolongan Tuhan

Tuhan...
Eratkan mereka dengan ikatan
          Yang berdzikir pada-Mu
Kuatkan mereka dengan hati
          Yang ikhlas pada-Mu
Iringi cita dan perjuangan mereka
          Dengan cinta dan kasih sayang-Mu

Seperti mereka
          Yang berdiri tegak bersama
Seperti DHANAPALA
          Yang berdiri diatas Cita dan Cinta
 



"Allaaaaaaahu Akbar !!!!!!" Farhan  pun mengumandangkan takbir

Kali ini setetes air mata terlihat di ujung mata Fauzan. Rasa rindu akan Amanda kian berkecamuk di dalam hatinya.

Setelah mengambil kertas berisi puisi itu...

"Terima kasih Diana, Astri.. Buat kami ini adalah puisi pembakar semangat yang paling kami tunggu", kata Fauzan.

"Ayo kawan-kawan, kita berangkat. Jangan sampai telat di arena lomba"
"Ayoooo"




"Fauzan, tunggu! Kau lupakan ini...", kata Diana sambil menyerahkan sebuah kotak berwarna perak.

"Subhanallah....", Fauzan pun kaget dibuatnya setelah melihat isi kotak itu.

"Apa itu zan", kata Faiz penasaran.

"Pakailah Zan.. Amanda pasti senang melihatmu yang gagah dengan itu. Dia berharap dapat bersama-sama kalian hari ini. Semoga hadiahnya itu bisa menggantikan dia untuk bersama-sama kalian", jelas Diana.

Kali ini perasaan di hati Fuzan makin tak karuan dibuatnya. Dia benar-benar berharap Amanda ada di sampingnya sekarang. Kotak itu pun dibukanya... Sebuah baret Pramuka dari bahan wool ditambah tatop Penggalang berbentuk lengkung berfiber pun keluar dan dipakaikannya di kepalanya. Seuntai hasduk merah putih berbahan satin dan ring kacu berwarna perak yang terbuat dari bekas bungkus kopi pun menambah kegagahannya pagi itu...
 




"Wuiiihhhhhhhh.... Fauzan gagah euy"

"Keren Zan!"

"Terima kasih ya Diana.. Astri..."

"Ayo kawan-kawan.. Kita berangkat sekarang dan rebut piala itu !!!!"
"Ayooooo... Serigala Perak Dhanapala!!!"
 
Serombongan anak Pramuka yang tiga bulan lalu dekil dan kumal, pagi itu nampak gagah. Mereka berlari dengan binaran mata yang tajam untuk menjemput satu impian mereka saat itu : Menjadi Pemenang Lomba Regu Regu Prestasi dan mempersembahkan trophy pertama buat Dhanapala...


(bersambung)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar